Pilih Aku atau Dia


 Aku atau Dia


Hari
 ini, Rabu, 16 Oktober 2013 (mungkin) sampai besok merupakan salah satu hari yang paling mendebarkan dalam hidupku. Sejak sore aku sudah gelisah. Soalnya, pagi harinya kamu bilang bahwa dirimu belum menyerah dan malam ini kamu akan mengadakan pembicaraan khusus dengan suamimu. Yang kutahu pembicaraan khusus itu ada hubunganya dengan sikapmu yang berusaha membangkang terhadap perlakuan suamimu, antara lain  a) tidak akan berhubungan suami istri dengan suamimu agar suamimu marah dan menjatuhkan talak tiga hahaha, b) tidak akan melakukan hubungan suami istri dngan suamimu  sebelum tercapai komitmen untuk mewujudkan keluarga utuh dan tinggal bersama di Buturuju. 

 Malamnya aku juga hampir gak bisa tidur. Yang ada di pikiranku hanya kamu dan kemungkinan-kemungkinan yang serba tak menentu. Aku sempat mengirim SMS dan minta tolong kepada Cik Jei agar besok dia menanyakan dua hal kepada dirimu, yakni:  1) apakah malam ini Diajeng bersebadan dengan suaminya, 2) apakah Diajeng belum menyerah?
 Hari ini penentuan aku dipilih atau tidak dipilih oleh wanita yang paling aku cintai dan aku sayangi. Hari ini merupakan penentuan atas sikap dan tindakan yang harus aku lakukan dalam dua tiga hari ke depan. Jika dia memilih aku, berarti aku harus melakukan tindakan dan langkah-langkah besar untuk mewujudkan niat kami untuk hidup bersama.  Jelasnya, apabila Diajeng masih bertahan tidak melayani suamimu di atas ranjang dan sampai mengalami risiko dicerai oleh Bang Uyul, itu artinya aku pun harus melakukan tindakan serupa sebagai konsekuensi ucapan dan komitmen aku dan kamu bahwa jalan terbaik untuk kita hidup bersama adalah sama-sama melepaskan baju lama sebelum memakai pakaian baru.  Sebenarnya aku menghadapi risiko berat untuk komitmen ini. Jika sampai kamu memilih aku berarti aku harus merusak rumah tanggaku yang selama ini baik-baik saja.
Jika ternyata kamu memilih Bang Uyul, itu merupakan kenyataan yang sangat mengecewakan dan menyakitkan. Kenyataan yang sangat menyakitkan dan mengecewakan karena pilihan tersebut dengan sendirinya telah menghentikan langkahku yang ingin memilikimu padahal aku sangat mencintai dan menyayangimu bahkan sangat tidak ingin kehilanganmu. Betapa pun sakitnya, aku harus kuat menanggungnya karena kenyataannya aku memang tidak kamu pilih.
Ternyata, seperti sudah kubaca sebelumnya, kamu nggak akan kuat mempertahankan komitmenmu denganku. Pagi hari, ketika kita bertemu di sekolah, kamu mengatakan bahwa kamu sudah melakukan persetubuhan dengan Bang Uyul, malah sejak hari pertama dia datang. Itu berarti komitmenmu denganku batal dengan sendirinya.
Susah menjelaskan masalah ini. Tak cukup waktu untuk menjadikan masalah ini jelas. Apalagi banyak gangguan, ada Sumin datang datang ke perpus, ada pak Sulim juga yang sempat merasa tak enak hati mendengar perbincangan kita lalu pergi.
Aku yakin semua orang akan sependapat denganmu. Kamu dan suamimu memang sewajarnya melakukannya karena kalian suami istri, apalagi kalian jarang bertemu dan sudah lama –lebih tiga bulan, tidak melakukannya, tetapi masalahnya terletak pada komitmenmu denganku yang berniat menjadikan hubungan intim suami istri ini sebagai senjata untuk membuka peluang dan kesempatan kita bersama sehingga bila satu-satunya peluang terbaik itu berlalu begitu saja maka kesempatan terbaik kedua menjadi sangat mahal harganya bahkan nyaris mustahil ada.

Komentar